Monday, January 31, 2011

Duapuluhlima: Vega yang Selalu Berharap

From: Vega Larasati
To: Ken Pratama
Sent: 04:02 AM
Subject: Ken...

Aku tadi siang ke paviliun kamu. Lagi-lagi, hanya untuk melihat pohon itu. Sepertinya, masuk akal kalau aku makin cinta sama pohon itu. Yang selalu ada di situ, bahkan ketika kamu tak ada. Tadi aku juga bertemu Ibu kos kamu, ia mengira aku sudah gila. Selalu datang meskipun kamu tidak ada. Aku khawatir ia jadi takut, jadi kubilang padanya, aku cuma kangen saja sama suasana rumah kamu dan berjanji untuk tidak sering-sering datang, maaf kalau mengganggu. Ibu kos memandangi aku dengan kasihan, sambil menanyakan apakah aku sudah mendapat kabar dari kamu.
Aku tidak suka dikasihani, meski aku bisa memahami kenapa Ibu kos prihatin melihatku yang selalu datang dan memandangi pohon. Kubilang saja, aku sudah tidak peduli, akan bertemu kamu lagi atau tidak. Aku kangen pohonku itu. Itu saja. Tadi aku sempat mengambil gambar pohon itu, jadi mungkin aku tak akan datang lagi untuk jangka waktu yang sangat lama.

Kamu di mana?

Sunday, January 30, 2011

Duapuluhempat: Dewi Periuk Nasi

Aku selalu percaya, bahwa makanan itu sakral. Makanan masuk ke tubuh kita, dengan sadar kita mengunyahnya, mengaktifkan ribuan saraf, mengenali tiap rasa, dengan sadar. Dengan tak sadar, mensarikan makanan, meresapnya dan menjadikannya kekuatan. Makanan, sadar dan tak sadar, ialah yang membentuk manusia.

Makanan, adalah doa manusia untuk tubuhnya, penghargaan tertinggi untuk kehidupan yang harus dijalani dengan baik.

Menurut Zara, aku ini berlebihan. Ya biar saja. Kalau tidak lebih, ya aku tidak bisa berbagi. Aku tidak hendak menyangkal bahwa aku memuja makanan.

Makanan jua yang menjadi kawan terbaik. Kalian pasti membayangkan aku gendut, segendut gajah. Kalian salah. Aku biasa, badanku memang tidak kurus, tapi juga tidak gendut. Aku suka makan, karenanya aku mengenali semua makanan yang kumakan. Aku dan makanan berteman baik, dan makanan tidak pernah mengecewakanku. Aku secukupnya.

Duapuluhtiga

Aku tiba-tiba ingat Vega dan Ken. Apakah mereka pernah mengalami masa-masa seperti aku dan Chandra?
Oh, sebelum mereka bertemu lagi, Vega memang setengah hidup. Dia mematikan jiwanya karena tak ada Ken, dia sekedar hidup hanya untuk menunggu jawaban. Ketika jawaban itu datang, barulah dia memutuskan mati atau hidup sepenuhnya lagi.
Agak gila memang anak itu. Aku tidak pernah bisa memahami cinta Vega pada Ken, juga cinta Ken pada Vega.
Ketika aku baru mengenal Vega, dan mendengar kisahnya dari Aimee, kupikir itu kisah cinta paling gila, yang nggak mungkin ada di kehidupan nyata, tapi tetap saja, kuanggap romantis.
Sekarang, aku pun tetap menganggapnya begitu. Tapi sekaligus bingung, kenapa bisa seperti itu. Maksudku, kenapa kisah cintaku dengan Chandra tidak membara dan meledak-ledak? Apakah kami tidak normal atau mereka yang tidak normal? Ok. Aku tahu, setiap pasangan memiliki kisah cintanya masing-masing, romantisme masing-masing. Tapi tetap saja....
Ketika Ken tiba-tiba meninggalkan Vega...entah apa yang ada di pikiran Vega ya? Rasa dia? Ketika tiba-tiba tidak ada lagi yang bisa berbagi dengannya. Well, Chandra tidak menghilang, tapi Chandra juga tidak sepenuhnya ada.
Kami tidak punya cinta yang meledak-ledak, tapi aku kangen ledakan tawa Chandra yang malah lebih lucu daripada obyek yang jadi bahan tertawaan kami. Tawa yang membuat airmata kami berderai. Kami bahagia, meski bahagia tak selamanya, tapi kami bahagia dan aku puas.

Apa yang harus kulakukan? Aku mesti gimana?

Duapuluhdua: Vega & surat ke-78

Subject: kamu 
Hour: 03:80 AM
From: Vega Larasati
To: Ken Pratama

Puluhan e-mail sudah aku kirimkan, tidak satu pun yang kamu balas. Apa yang terjadi Ken? Kenapa? Mengapa? Kamu di mana?
Apakah kamu membaca e-mail ini atau tidak? Kalau ya, dan kamu tidak membalasnya, kenapa? Kenapa? Aku harap suatu hari, kamu bisa menceritakannya kepadaku.
Aku sungguh berharap kamu membaca e-mail ini, tapi sekaligus ingin kamu tidak menerimanya. Aku takut sakit hati.
Kita telah sepakat, bahwa kita telah menemukan satu dengan yang lainnya, kita tidak perlu mencari yang lain tetapi sekarang kamu menghilang. Kamu membuatku mencari lagi. Kamu membuat aku gila.
Ken, kamu di mana?
Aku tadi ke paviliun kamu lagi. Memandangi pohon kita, pohonku lebih tepatnya. Apakah sebelum pergi kamu sempat berpamitan dengannya? Kenapa ia tak bilang apa-apa padaku? Kenapa daunnya hanya bergemerisik rindu, tanpa kepastian?
Ken, kita telah bercinta pada semesta, berjanji pada jiwa...berani-beraninya kamu pergi menghilang dariku... Ken... Di mana kamu?
Aku akan tetap menulis e-mail untukmu, juga menunggu. Meskipun tak setia.
Kamu tahu, kita sudah berjanji.
Ken diam menatap layar monitornya. Maaf Vega, dan mungkin kamu tidak akan pernah bertemu aku lagi, lebih baik, kita memang tidak bertemu

Friday, January 28, 2011

Duapuluhsatu: Untuk Cinta

Cinta,

Semoga kabarmu baik-baik saja.Semoga kamu selalu bahagia. Meskipun aku tak yakin, apakah sebenarnya kamu bisa berbahagia. Mengingat, banyak hal yang menjadikanmu alasan untuk tidak mencintai sesamanya. Ah, aku terlalu berbeli-belit ya Cinta...
Ah, maksudku Cinta, berapa banyak orang yang menyakiti hati sesamanya tapi berlindung di balik namamu?

Cinta,
Aku tak punya kata-kata yang bagus, lagi cukup banyak untuk menyanjungmu, juga mencacimu. Ya Cinta...aku salah satu dari mereka, yang demi kamu, siap menyakiti yang lain. Aku juga sering disakiti karena kamu.
Tapi kesakitanku tak nyata, karena kamu telah menutupi kenyataan.

Ah Cinta, tiba-tiba saja, aku merasa malu telah menulis surat ini. Maksudku tadi, aku ingin memuja-mujimu supaya kamu mau mampir ke tempatku malam ini, atau bolehlah besok, lusa... kapan saja. Hanya itu.

Salam,
Aku yang menunggumu.

Thursday, January 27, 2011

Kejar Setoran

Hadeuh... tante mau curhat dulu ini.

Ceritanye kan mau aktif nge-blog ye... tapi agak bingung juga, topiknya apa trus apa sih yang mau saya ceritain di blog, akhirnya mulai awal bulan ini, mau bikin posting 360 cerita yang ambisinya adalah, bikin cerita, entah fiksi, entah nyata, entah panjang, entah pendek semala 360 hari. Yang artinyaaa... sehari satu! Yaoli... saya pasti lagi mabora pas menetapkan itu sebagai ambisi saya... hahahaha
Eh, nggak lama, ada 'tantangan' 30 hari menulis surat cinta di Twitter, daaaan.... padahal nggak ada yang nantang, saya ya ikut-ikutan juga... :D

360 cerita, sudah bisa ditebak, baru hari ke berapa itu aja udah telat ceritanya... dan jadinya malah curang, ikutan 30 hari menulis surat cinta sekalian buat posting 360 cerita.

Mungkin bukan curang, tapi ngakalin dikit... hehehehe

Tapi ya bok, baru hari ke-15 nulis surat cinta, saya udah kehabisan bahan, mau nulis surat cinta buat siapa lagi? Ternyata, orang yang sok menye-menye macam saya ini, keok juga kalau disuruh nulis surat cinta. Nggak ada romantis-romantisnya... payah. Surat buat si mamah, juga kacrut abis! hahaha... tapi ya begitulah gaya surat-suratan saya sama beliau. Kadang sih malah surat mama saya yang lebih menye-menye dibanding surat saya.

Ah, ya sutralah ya bok... kalau misalnya punya ide, saya mesti nulis surat buat siapa, kasih tau ya bok... mumpung masih ada 15 hari lagi nih.

Duapuluh: Buat Mama

Shallom Ma,

Mama sehat kan?
Lily sudah terima kiriman bumbu dan mangganya, tadi siang. Makasih ya Mah.
Tapi tadi tukang kurirnya telat, besok-besok Mama bilanglah, kalau paketnya mau dianterin pagi, tadi sih untungnya pas ada si mbak.
Bumbunya aman, nggak ada yang pecah bungkusnya. Mangganya penyok 3, yang mangga golek. Kalau yang harum manis, aman. Berarti lain kali, kirim yang harum manis aja mah. Tadi sudah dimakan 1, enak manis banget. Itu mangga dari mana? Beli dari siapa gitu maksudnya. Borongan pohon apa beli di pasar? Enak. Semoga yang lain juga manis. Lily mau kasih ke temen juga ya.

Surat asuransi Lily juga sudah terima.

Soal pulang, Lily sudah pesan tiket tanggal 3, tapi kayanya nggak bisa pulang juga, tapi nggak tau juga...semoga sih bisa. Nanti pulang lewat Surabaya, nggak usah dijemput, naik bis aja ke Nganjuknya, rasanya dari bandara ada bis yang ke Bungurasih trus bisa naik patas Madiun.
Tapi sayang juga kalau kerjaannya nggak diambil Mah, uangnya lumayan, bisa buat liburan. Lagipula Mamah pernah bilang kan, yang penting Lily seneng...hehehe jadi pulangnya dipikir-pikir dulu ya Mah. Tapi nanti dipikirin lagi deh ya... Lily juga kangen sego pecel Nganjuk.

Ya sudah itu saja. Nanti Lily telpon & sms Mamah lagi. Mamah doain Lily ya, biar bahagia terus banyak duit terus sehat juga... Makasih Mah.
Lily juga doain Mamah sehat terus. Jangan kebanyakan pikiran macem-macem, jangan terlalu dengerin orang ngomong macem-macem dan jangan terlalu drama ya Mah. Olahraga juga, biar sehat dan awet muda.

Tuhan Memberkati.

Anakmu sing ayu dhewe.
Lily cantik

Wednesday, January 26, 2011

Italian Cuisine Tutorial Bersama Bondan Winarno

Jadi, nggak sengaja pas buka timeline di Twitter, pas lagi beberapa orang RT-in soal acara Italian Cuisine Tutorial bersama Bondan Winarno ini. Pas dilihat link-nya, tanggalnya pas bisa dan harganya pun terjangkau, langsung deh daftar gak pake nanti-nanti... takut telat dikit langsung penuh tempatnye bok.

Acara diselenggarakan oleh Decanter Wine House, Sabtu, 22 Januari 2011 kemarin. Ternyata, ya banyak ketemu teman-teman Jalan Sutra lagi.... :)) ketahuan ye, tukang makan mah gampang ngumpulnya pas acara begini :D

Sembilanbelas: Buat Makananku

Halo Makanan,

Sebelum kamu habis kusantap, ijinkan aku menyampaikan isi hatiku tentang kamu ya...
Dan pertama-tama, bolehlah kusampaikan salah satu kutipan favoritku, if you are what you eat then I want to eat good food only.

Aah...kamu tahu kan, kenapa aku menyukai pernyataan itu...

Aku selalu menganggap, kamu, makanan, sebagai salah satu alat ukur yang pas untuk menggambarkan manusia yang memakanmu.
Bagi beberapa orang terdekatku, aku ini terlalu memuja kamu, terlalu berfilosofi abis-abisan jika berkaitan dengan kamu. Yah, mungkin saja, sebab aku percaya makan untuk hidup. Kamu, makanan memberikan aku gizi dan tenaga untukku menjalani hari-hariku, bagaimana mungkin aku tidak peduli kepadamu?

Makanan datang, perut kenyang hati senang.

Ah makanan, kamu boleh merasa istimewa karena ungkapan hatiku ini. Aku memang mengistimewakan kamu.

Makanan, buatku sehat ya....buatku kuat...

Tuesday, January 25, 2011

Delapanbelas: Untuk Ken

Hi Ken alias Keanu Reeves,

Apa kabarmu? Pasti sedang sibuk syuting film 47 Ronin ya... menurut kabar terakhir, katanya kamu sedang sibuk berlatih bermain pedang, demi menghayati peran sebagai seorang Samurai. Kamu pasti akan jadi seorang Samurai yang seksi.
Ah Ken, apapun itu, jika berkaitan dengan kamu, pasti hasilnya seksi. Bahkan, ketika kamu berperan sebagai Buddha pun, aku melihat kamu adalah Buddha yang sensual. Maaf, ini bukannya aku tak menghormati Buddha, masalahnya, adalah kamu yang berperan sebagai Buddha. Begitulah.
Ken, kamulah sumber inspirasi juga sumber kegilaan. Hormonku mendidih jika melihat gambarmu, belum lagi kalau lihat film kamu, hormonku bisa meledak-ledak deh.

Jadi Ken, kapan kamu mampir ke rumah lagi? Kali ini, kamu nginep seminggu ya... jangan digilir lagi sama istri-istri yang lain.... Janji deh, nanti aku masakin pepes ikan mas, kamu suka kan? Atau mau Rawon Mbah Djo? Boleh deh... apa aja boleh... Asal kamu nginepnya lama.

Ken sayang, sudah... jangan terlalu sedih karena gosip-gosip yang beredar di luar sana, yang jelas selalu ada aku yang setia menunggumu. Dan juga, jangan hiraukan orang-orang yang memanggilmu mas Nunu... Kamu adalah Ken, Keanu Reeves, iya kan?

Dari aku yang selalu mencintaimu abis-abisan.

Monday, January 24, 2011

Tujuhbelas: Kepada Pengembara Mimpi

Kepada Tuan,

Pengembara Mimpi, telah lama kamu tak datang ketika waktu beranjak pagi. Aku sudah menantikanmu untuk bercerita soal pohon-pohon, seperti yang pernah kau janjikan.
Mengembara ke mana saja kamu, wahai Pengembara Mimpi? Tidakkah kau ingat, kau pernah berjanji untuk sering-sering mampir?

Aku ingin bertemu denganmu. Tidak, ini bukan rindu yang menggebu-gebu, ini hanya rasa penasaran.
Karena tak bisa kutunggu lebih lama lagi kedatanganmu, kutuliskan saja apa yang ingin kutanyakan.

Pengembara Mimpi, kamu yang mengenal Pohon-Pohon sejak awal mula mereka ada. Kamu telah melewati ruang waktu bersama mereka. Selain dengan Pohon-Pohon, apakah kamu mengenal Sang Penguasa Waktu?
Pernahkah kamu bertemu denganNya? Bercakap-cakap tentang apa saja, bercanda atau bahkan meminta pertolongan dariNya?
Seperti apa Sang Penguasa Waktu itu? Ia yang memutar waktu begitu cepatnya, sehingga aku tak menyadari aku telah sampai pada tahun ke 31 dalam hidupku, hari ini.
Apakah Sang Penguasa Waktu mengingat waktuku? Bisakah kau tanyakan itu padaNya, wahai Pengembara Mimpi? Dan bisakah juga, kau sampaikan padaNya, janganlah terlalu cepat memutar waktu hingga tak kusadari pergerakannya. Apakah Pohon-Pohon menyadari pergerakan waktu? Apakah Pohon-Pohon juga punya hitungan umur? Seperti aku yang selalu diukur dengan umurku.

Pengembara Mimpi, kunjungilah aku nanti, sesaat sebelum fajar datang. Hiburlah aku yang telah menginjak usia 31 tahun ini dan selalu diukur dengan angka itu. Hiburlah aku dengan cerita Pohon-Pohon dan terutama, kunjungi aku karena kamu telah menyampaikan tanyaku pada Sang Penguasa Waktu.

Pengembara Mimpi, datang ya... kutunggu kamu.

Salamku.

Note: Selamat Ulang Tahun buat diriku! :)) ya, saya berumur 31 tahun hari ini. Apa? Tua? Ih... lo aja kali yang tuaaa... :)) Jadi karena saya lagi ulang tahun, boleh dong, hari ini nggak ngikut tema: kirim surat buat seleb / org terkenal di twitter?! hahaha 

Sunday, January 23, 2011

Enambelas: Untuk Gadis Cantik di Balik Jendela

Halo Cantik,

Bolehkah aku berkenalan denganmu?
Kamu mungkin bertanya-tanya, siapakah aku yang dengan lancang mengirim surat padamu. Aku yang tak kau kenal.

Meskipun kamu tak mengenalku, mungkin kamu pernah melihatku. Sebab secara tidak resmi, kita bertetangga. Aku kos di seberang rumahmu. Kamarku, tepat di seberang kamarmu di lantai dua. Aku sering tanpa sengaja melihat kamu termangu di depan jendela, melihat ke taman.

Awal aku tinggal di rumah kos ini, kuanggap biasa saja, namun makin lama, aku makin menyadari, bahwa kamu selalu melihat ke taman, dengan sendu, sesaat sebelum senja, sesaat sebelum cahaya matahari habis ditelan malam.
Dan sekarang, aku selalu menunggu saat itu.

Cantik, apa yang kau pikirkan? Apa yang membuatmu demikian sedih?
Maukah kamu membaginya denganku?

Cantik, mungkin surat ini tak pernah terkirim, tapi aku tahu, suatu saat, aku akan mengetahui kesedihan di balik wajah cantikmu itu...

Salam,
Tetangga di seberang rumahmu

Saturday, January 22, 2011

Biarkan Waktu Yang Menjawab

Pulang dari nonton Burlesque dengan mbak Rina, seperti biasa, kami selalu ngobrol ngalor-ngidul soal apa saja. Tadi, salah satu yang kami bahas adalah kasus Gayus. Macam orang penting saja kami.
Mbak Rina berkata, "sebenarnya, aku kurang setuju kalau Satgas itu sibuk klarifikasi pernyataan Gayus, wong pernyataan gitu kok ditanggapi. Harusnya mereka tetap bekerja seperti biasa, malah lebih keras untuk membongkar kasus ini. Toh, pada akhirnya, kalau memang mereka benar, ya akan terbukti. Waktu yang akan menjawab"
Kalimat kiasan yang klise, biarkan waktu yang akan menjawabnya.

Yah...klise, tapi seringkali saya dapati itu benar adanya.

Berkali-kali, orang salah paham tentang saya. Dan karena saya memang kurang peka, saya sering kali tak sadar. Oleh karenanya, saya tidak pernah menanggapi kesalahpahaman itu dengan klarifikasi. Seiring berlalunya waktu, akhirnya kesalahpahaman terjawab dengan sendirinya, mereka sendiri yang mendapati bahwa saya tidak seperti yang mereka sangkakan.
Ketika semua itu telah terlewati, barulah kemudian saya sadar. Meski lega, karena ya sudah tak ada kesalahpahaman; sebagian dari diri saya sebenarnya menyesali kenapa saya tidak peka sehingga tak memberi klarifikasi pada saat itu juga. Kenapa saya membiarkan kesalahpahaman itu mengendap dulu, dan diselesaikan oleh waktu?
Ah!

Lagi-lagi kembali pada pernyataan klise soal waktu, mungkin suatu saat nanti, ketika saya bertemu dengan Sang Penguasa Waktu, saya bisa menanyakan hal itu. Biarlah waktu yang akan menuntun saya pada jawaban.

Dan bukankah terkadang...ketidaktahuan itu benar-benar membebaskan?! :D

Limabelas: Kepada Angka

Hai Angka,

Aku sedang memandangi kalender, mencari-cari hari libur dan hari yang bisa kuselipkan untuk meliburkan diri, yang kupakai untuk bertemu dengan kekasih hati.
Lalu tiba-tiba saja, aku teringat kamu. Segera saja kuambil telepon genggamku, lalu kutulis surat ini. Surat elektronik. Jadi, sebenarnya aku mengetik surat, bukan menulisnya dengan tangan. Peradaban yang moderen telah merubah kami. Tapi kenapa peradaban tidak merubah kamu?

Aku berpikir tentang kamu yang tertulis di kalender, kamu yang kami ingat. Kamu yang menandai hari, hitungan tahun juga nilai.

Siapa yang menciptakan kamu? Ah, mungkin kamu juga tidak tahu. Nggak penting juga sih buat tahu.

Angka, kapan kamu berhenti? Di mana kamu akan terhenti?
Semua berubah, tapi tidak kamu...malah kamu yang membuat hitungan berubah.

Angka, dengan surat ini, kumohon, jangan terlalu cepat berjalan, beri aku sedikit waktu untuk menikmati hariku. Ya?!

Terimakasih, itu saja.

Friday, January 21, 2011

Empatbelas

Ini keterlaluan. Kami bahkan sudah tidak bercakap-cakap hampir selama seminggu. Dan selama seminggu ini, ia selalu tidur membelakangiku.

Apakah sekarang kami punya masalah? Aaaaah.... kenapa sih ini? Harusnya aku yang marah kok sekarang malah Chandra yang memunggungiku?
Dan pagi ini, aku baru bangun ketika Chandra sudah rapi dan sedang membaca setumpuk catatan di meja makan.
"Pagi Chan, kamu sudah mau berangkat?"
Ia tidak menjawab hanya menggumam tak jelas. Hei.... Aku sudah hampir meledak marah, tapi kuputuskan untuk diam dulu. Aku tidak ingin bertengkar, ribut. Sebetulnya kami kan memang tak punya masalah, hanya Chandra yang terlalu sibuk dan aku yang ingin selalu diperhatikan. Itu saja.
Aku meninggalkan Chandra dan setumpuk catatannya. Lebih baik kuguyur kepalaku dengan air segar dulu, mungkin dengan ini aku bisa memulai pembicaraan dengan hati yang ikut dingin.

Tapi, setelah aku mandi, Chandra sudah berangkat ke rumah sakit.

Gagal lagi pagi ini. Seminggu lebih sehari.

Tigabelas: Kepada Bumi

Bumi,

Maaf, kami telah menyakitimu. Aku dan kekasih-kekasihku. Aku tidak berani mengatakannya langsung kepadamu, dan aku tidak punya kata-kata lain.
Aku juga tidak bisa membela diri, memberi seribu alasan mengapa kami menyakitimu, memerasmu dan tidak memperdulikanmu, meskipun kamu telah berbaik hati memberi kami tempat untuk hidup.
Kami, aku dan kekasih-kekasihku, sudah dari sananya diciptakan untuk menyakitimu. Hanya itu yang bisa kubilang.

Sekali lagi, maaf.

Maafkan kami, Bumi.

Thursday, January 20, 2011

Duabelas: Kepada Pembaca

Pembaca yang budiman,

Terimakasih, telah bersedia meluangkan waktu membaca surat-surat gak penting yang saya kirimkan.
Maaf, jika surat-surat ini membosankan, saya memang membosankan orangnya... Dan saya menyalahkan rutinitas yang menjadikan saya seperti ini.

Saya berharap, anda sekalian diberikan ketabahan dalam membaca surat-surat saya, masih ada 27 hari lagi berarti 27 surat lagi. Gile, dua-puluh-tujuh cing!

Dan jika anda sempat, mohon balas surat saya.

Terimakasih.

Salam,
Penulis surat yang membosankan

Wednesday, January 19, 2011

Aku Paling Benar

Suatu pagi beberapa minggu yang lalu, saya dengan cerobohnya melamun di jalan dan tanpa sengaja, menyebabkan insiden kecil antara saya, yang mengendarai motor dan mobil yang dikemudikan oleh seorang Bapak. Tidak ada yang terluka, tidak ada yang lecet, kendaraan kami mulus semua, kami cuma terhenti dan saya membuat jalanan jadi terkunci, si mobil jadi nggak bisa lewat.
Menyadari kesalahan, saya berniat berhenti dan meminta maaf ke Bapak itu, yang sudah membuka pintu mobilnya dan menghambur keluar sambil berteriak, "BANGSAT KAMU MOTOR!!! BANGSAT!! SIALAN!!! BANGSAT! ANJING SIALAN!"
Sedetik saya terpana, lalu tanpa berpikir panjang saya langsung melanjutkan perjalanan saya dan saya urungkan niat saya untuk meminta maaf.
Saya tinggalkan Bapak itu dengan kemurkaannya yang lebay. Bukan karena saya lari dari tanggung jawab, tapi untuk apa saya meladeni orang yang sudah berprasangka? Ego saya yang mengambil keputusan, saya tidak mau dimaki-maki seperti itu, toh sebenernya dia juga gak kenapa-kenapa. Kesalahan saya, lebih buruk dampaknya untuk saya, sebab saya melamun di jalan yang saya anggap sepi. Namun, sebenarnya kalau ditelaah, saya bisa diingatkan dengan klakson, kenapa Bapak itu gak nglakson saya, tapi malah jalan terus ya?

Tapi, ya begitulah di jalanan saat ini. Emosi dengan mudah diluapkan, memaki orang dengan mudah, menganggap orang lain bodoh sebodoh bodohnya. Jalan dihalangi sedikit, langsung semua umpatan kebon binatang keluar.

Jalanan benar-benar membuat batas sabar yang sudah tipis makin tipis aja. Orang yang (setahu saya sih) biasa-biasa aja, berubah jadi agresif lagi suka mengumpat. Dan jelas, yang paling sering diumpat adalah pengemudi kendaraan umum dan pengendara motor. Mulai umpatan cuma, sialan, ngawur, bego, goblog, sampai kutukan macam nyumpahin ditabrak segala macam kendaraan dan sampai masuk neraka pun dipakai :))

Padahal ya...sebagai pengendara motor, saya juga sering lo menemukan pengemudi mobil pribadi yang kalau nyetir ngawur.
Ya, saya sering sebel jugalah...apalagi saya kan emang dari sononya gak sabaran...juga menganut prinsip, gak mau disalahin... :))

Yah, di jalanan, semua orang boleh merasa paling benar, tapi yakin benar? Yakin nggak nyetir sambil nelpon gak pakai headset atau speakerphone / sms / bbm-an / twitteran? Yakin 100% perhatian difokuskan ke jalanan?

Aaah...sutralah, asing-masing jaga diri baik-baik ajalah di jalanan ya...

Yang naik motor, ya jangan ngelamun... Yaaaa?! :))

*njrit, gw diserempet* :)))

Sebelas: Kepada Masalah

Hai Masalah,

Apa kabarmu? Rasanya pasti kamu sedang masalah ya...nama pun masalah ye....

Maafkan aku yang selama ini tidak pernah berkirim surat kepadamu, sebab aku memang takut berdekatan denganmu. Ya maaf, bukan berarti ku tak ingin mengenalmu sama sekali, nggak mungkin banget deh itu, tapi ya gitu deh... Lebih baik tidak berkawan baik denganmu.
Aku yakin, bukan aku seorang di dunia ini yang enggan berkawan denganmu, iya kan? Meskipun mengenal kamu bukanlah suatu aib atau kesalahan, malah sebaliknya, mengenal kamu berarti makin mengenali hidup.

Masalah, maafkan aku, sering kali aku meninggalkan kamu sendirian, tidak membuatmu puas dengan penyelesaian, tapi bukankah kamu juga pernah mengajarkan bahwa belum selesai sekarang bisa berarti selesai saat esok? Lusa? Entah, mungkin Sang Waktu yang bisa memberi kita jawabnya, begitu dulu katamu. Aku percaya saja, tapi juga sekaligus tak percaya. Aku percaya karena kamu lebih tua dari aku, kamu sudah ada sejak jaman nenek moyangku baru ada, bahkan sebelum itu. Tapi juga tak percaya, sebab bagaimana mungkin aku bisa mempercayai masalah?

Aku menulis surat ini, meminta dengan baik-baik, kamu mau nggak pergi dari hidupku? Ok, tidak menghilang begitu saja juga bolehlah... tapi jangan terlalu sering mengunjungi aku, ya?!

Aku akan menulis postcard untuk kamu dari tempat liburanku kalau kamu bersedia mengabulkan permintaanku itu.

Dag Masalah... stay away from Problems yah.... si Problems lagi PMS soalnya...

Tuesday, January 18, 2011

Sepuluh: Rindu yang Bergemerisik

Hai,

Aku tidak bisa menyampaikannya langsung ke kamu, aku tidak berani, juga terlalu gengsi untuk bilang, aku rindu.

Makin kutekan rinduku, ia makin mengembang, memenuhi ruang hati dengan ingatan akan kamu.

Makin tak ingin kuingat kamu, rinduku makin bergemuruh, berdebur-debur seperti ombak menghantam karam.
Mana aku bisa tahan?
Tapi aku tahan untuk tidak mengatakannya padamu.

Tapi, rindu sangat menggangguku, ia bergemerisik, berisik seperti dedaunan yang ditiup angin.

Tidakkah kau rasakan hal yang sama? Desiran halus di hati, yang berdenting ketika angin berhembus?
Sebab, aku hanya berani berbisik melalui angin, dan berharap ia menyampaikan rinduku ke kamu.

Ah, belum? Jika kamu belum mendengarnya, coba perhatikan sekarang baik-baik. Lalu, balas suratku ketika kamu telah mendengarnya.

Monday, January 17, 2011

Sembilan

Surat hari ke-4: Untuk Tukang Pos Kotak Pos Cinta

Terimakasih.
Sudah bersedia menjadi tukang pos kotak pos cinta, selain mengantarkan surat yang tak berani saya antarkan sendiri, kalian juga bersedia menampungnya, membaca dan memilih satu-persatu dari setiap rangkaian surat yang telah dibuat.
Selain itu, tanpa kalian sadari, kalian sudah memberi kami sedikit keberanian untuk mengungkapkan apa yang ingin kami sampaikan, entah kepada mantan kecengan, mantan kekasih, yang terkasih...bahkan kepada musuh kami.

Terimakasih, karena kalian memberi kami alasan untuk menulis surat.

Sunday, January 16, 2011

Silsilah

Tono: "Wah, bagus nih Barry Likumahuwa, pemain bass, jazzy gitu deh"
Tini: "Oh, terkenal ya?"
Tono: "Ya iyalah, di kalangan musisi jazz gitu deh. Si Barry ini ponakannya Utha Likumahuwa itu..."
Tini: "Oh..."
Tono: "Dengerin CD aku mau? Aku punya CD jazz, ya bassist gitu deh...kayak Barry ini"
Tini: "Boleh, pasang aja"
Tono: "Ini Kyle Eastwood"
Tini: "Siapa dia?"
Tono: "Pemain bass gitu, anaknya Clint Eastwood"
Tini *antusias*: "Oh ya? Masa?"
Tono *muka lempeng*: "Ya kaliiii..."

:)) jadi, silsilah itu penting ye cooong... :)))

Delapan


“Kamu sendiri? Mana Chandra?” pertanyaan standar. Aku tidak ingin menjawab dan Kirana cukup pengertian, “oh, pasti lagi di rumah sakit ya?”
“Kayak dia punya tempat nongkrong lain selain rumah sakit, Ki”
Kirana tersenyum menyabarkan, “makin sering dia nongkrong di rumah sakit bakal makin cepat selesai dia sekolah”
“Kenapa Chandra itu seneng banget sekolah ya Ki?”
“Lhaaa….mana ketenteng? Itu sama aja kayak nanyain, kenapa kamu seneng banget makan?! Iya kan?!”
“Sial!”
Pertemuan rutin dengan Kirana seminggu sekali ini selalu bisa menghibur. Pertemanan yang sudah lebih dari sepuluh tahun ini benar-benar tidak pernah berubah meski kami masing-masing sudah menikah. Syukurnya, para suami juga bisa akrab dan kalaupun tidak bergabung di acara mingguan kami, mereka memberikan kebebasan waktu untuk kami. Dalam hal Kirana,Sabtu pagi seperti ini, jika Aria tidak bergabung dengan kami berarti Aria sedang mengasuh Rama, putra mereka.Sementara untukku, kalau Chandra tidak bergabung dengan kami, maka dia sedang sibuk di rumah sakit, yang mana, itu terjadi hampir setiap minggu.
“Sabarlah Ra, setidaknya kamu tahu, ada di mana si Chandra, ya kan? Hanya dua tahun lagi, nggak kerasa loh itu”
“Iya sih, tapi dua tahun itu lamaaaaaa….”
“Lha iya, tapi apa sih yang bikin kamu bete? Chandra gak bisa nemenin kamu ke mana-mana aja kan?”
Aku cemberut, “ini siomaynya enak ya…” berusaha mengalihkan pembicaraan.
Kirana terbahak, “emang, enak banget! Eh, tapi ini serius nih Ra, paling nggak secara financial kamu aman, trus Chandra juga bukan suami yang cunihin, iya kan? Kamu masih inget kan, masa-masa kegelapanku kemarin? Ya ketika kita melewati hal itu, ya udah gitu Ra…. Sebanding, rasa lega dan bahagia ketika kami melewati ujian itu dengan airmata yang aku keluarin pas ngalaminnya”
Ya iya sih, dibanding masalah Kirana beberapa waktu yang lalu, rasanya aku memang nggak punya masalah. Ini kan aku aja yang menye-menye karena Chandra nggak selalu ada buat aku, karena sibuk.
Tapi…

Tujuh

Surat hari ke-3
Hallo,
Kalau misalnya surat ini sampai di tangan kamu, dan kamu membacanya, berarti aku benar-benar sudah gila.
Aku suka kamu, sudah sejak kelas 2, waktu kita sekelas, tapi aku malu, juga takut. Kita sekelas aja nggak pernah ngobrol, tapi tiba-tiba aku bilang suka sama kamu.
Ya gitu aja sih.
Aku nggak pengen kamu jadi pacar aku juga sih, terserah kamu. Aku cuma mau kamu tahu, aku suka kamu.
Salam,
Lily
Note:
Ini adalah, kurang lebih, surat yang saya buat untuk kecengan di kelas 3 SMP. Jelaslah, surat ini tidak pernah sampai ke yang bersangkutan :))

Saturday, January 15, 2011

Enam

Surat hari ke-2

Shallom,
Apa kabar nduk? Lily sehat-sehat saja kan? Mama juga, Tuhan yang menolong ya nduk.

Gimana kerjaan nduk? Di kantor masih masalah nggak? Yang sabar ya nduk, semua masalah pasti ada jalan keluarnya, serahkan saja semuanya pada Tuhan Yesus, Gusti ingkang maringi urip. Lily berusaha sebaik mungkin, Tuhan nanti yang buka jalan, ya nduk...

Mama sehat, sekarang mama ikut kegiatan jalan pagi itu lo... Habis olahraga lain sepertinya berat. Jadi kita kumpul di depan toko Mega, trus jalan kaki nyari sego pecel. Kamu kapan pulan, nduk? Kalau pulang nanti ikut jalan pagi, ada sego pecel enak di cangkringan, yang jualan anaknya mbok yang jual di depan rumah duka itu lo.
Kamu cuti kapan tho nduk? Mama kangen, kamu jangan diforsir terus kerjanya, inget...cepet nyari juga untuk masa depannya, ya nduk. Mama sudah tua, pengen cepat-cepat gendong cucu.

Ya sudah, gitu aja, jangan lupa telpon mama, kamu kalau nggak mama yang telpon ya nggak pernah nelpon

Tuhan Yesus memberkati.

Mama.

Note:
Semenjak saya meninggalkan rumah untuk kuliah sampai saya kerja, dan kadang-kadang sampai saat ini, si mamah rajin lo ngirim surat :D standar suratnya selalu sama, dibuka oleh pertanyaan soal kabar saya, kemudian petuah dan kegiatannya saat ini, lalu ditutup dengan kata-kata, "ingat masa depan", nyuruh kawin maksudnya :)) dan reaksi saya terhadap semua surat itu sama, terharu dan mengiyakan di awal-awal surat, lalu ngomel-ngomel dan nggak mau bales surat pas baca alenia terakhir, saya benci kata-kata "masa depan" yang selalu digunakan :))
Akhirnya, selalu saya membalas surat hanya dengan menelpon saja. Oh, tiap hari mamah nelpon & sms, tapi dia gak puas kalau nggak kirim surat :))

Friday, January 14, 2011

Lima

Surat Pertama

Halo Retno, aku Lily. Aku dapat alamat kamu dari om Gatot, papa kamu, kebetulan om aku, adalah temen papa kamu, dan beliau mampir ke rumahku kemarin, sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya.

Om Gatot bilang, kalau putrinya seumuran denganku, dan sama-sama suka mengoleksi perangko, juga berkirim surat dengan sahabat pena.

Aku sekarang sudah kelas dua SMA, mungkin nanti kelas 3, aku pengen ambil jurusan bahasa, kamu juga kan?
Hahaha... Om Gatot cerita banyak soal kamu, jadi aku merasa sudah kenal kamu duluan.

Gimana sekolah kamu? Seru gak? Kalau sekolahku ya gitulah, biasa aja, maklum sekolah kampung. Ramenya cuma pas tujuh belas Agustus-an, sama kalau lagi ultah sekolah. Ada perlombaan macam-macam. Aku sih selalu ikut lomba renang.

Balas suratku ya Ret, cerita-cerita yaaaa...

Salam,
Lily

Note:
Posting ini untuk pastisisapi #30HariMenulisSuratCinta sekaligus memenuhi kuota 360 cerita *curang* :))
Ini memang bukan surat cinta menye-menye sih, tapi gak pa-pa lah ya... karena tiba-tiba, saya ingat Retno, sahabat pena waktu jaman SMA, kurang lebih, memang seperti itulah yang saya tulis untuk Retno di surat pertama :)) Entah, di mana Retno sekarang. Mana tau, dari posting ini kami jadi ketemu lagi :) semoga gitu...

Random

Lagi liat tv, acara apa gak jelaslah :)) settingnya, si pembawa acara lagi tidur di sampan di tengah laut gitu.
Narasi TV: "Jadi pemirsa, kami harus bermalam di sampan ini, di tengah-tengah lautan yang sunyi dan tidak ada apa-apa ini"
Tono: "Yakin gak ada apa-apa? Nyamuk juga gak ada?"
Tini: "Gak ada kaleee nyamuk, nyamuk kan gak bisa berenang, di tengah laut gitu, dia kalo capek, hinggap di mana?"
Tono: "Oh iya, kamu benar"
Tini: "Klo terbang dari Jakarta ke Nganjuk, kayanya bisa tu nyamuk"
Tono: "Yang bener? Kan jauh..."
Tini: "Terbang di dalam bis malem, cooong... Dapet makan, bisa istirahat pula klo capek terbang"
Tono: "Kmu benar-benar cerdas!"

Terlambat

Lucu ya gambarnyaaaa....
Iya, sketchnya sih nyolong dari sini trus mainan dikit di online editing gitu.... saya suka banget ini sketchnya, ampe dijadiin profile picture di mana-mana :D
Ini juga yang menginspirasi mau belajar lagi ah bikin sketch.... Dulu pas kuliah, rasaan kuliah studio gw jelek banget deh nilainya, soalnya gak bisa gambar manusia dengan anatomi yang benar, bisanya cuma gambar bunga melulu...hahahaha. Latihan lagi ah....

Trus yah, saya baru tahu nih, online editing gitu lucu-lucuuuuu yaaa.... bisa bikin macem-macem!

Yaoloh, ke mana aja gue selama ini?! :))

Beneran, saya kan udah nggak ngertilah apa itu photosop atau apalah itu.... udah gak paham lagi :)) tadi mainan edit2 gitu secara online ternyata lebih mudah dan lucuuuu....hihihihi... seneng deh....

Mainan lagi yuk ah...*kapan kerjanya?* *kapan update blognya? PR tuuuuh....* :))

Tuesday, January 11, 2011

aaaaaaah.....

Aaaaaah.....
Kemarin lupa gak posting 360 cerita, padahal baru hari kelima. Ya sudah, hari ini kudu dobel... nah loooo....

err... jadinya gak pernah nge-blog biasa lagi dong... nge-blog deh, tapi jarang2 aja :)) abis juga gak tau lagi, apa yang mesti diceritain, gak ada yang menarik.

Ya sutra, mari kita selesaikan.

Sunday, January 09, 2011

Empat

Masih lima jam lagi kami akan segera mendarat di Singapura, kemudian transit selama dua jam baru setelah itu terbang menuju Surabaya kurang lebih dua jam, setelah sampai Surabaya, melanjutkan perjalanan dengan mobil selama tiga jam. Yah, kurang lebih duabelas atau tigabelas jam lagi aku akan sampai ke rumah. Bertemu Ibu, mbak Lintang... dan Bapak.
Aku melirik Ken yang tidur tertekuk di kursinya. Dia masih saja tampan meskipun berada dalam posisi tertekuk dan kucel seperti itu. Kami telah delapan jam lepas landas dari Paris. Meninggalkan sejenak kota yang telah menerima kami selama lima tahun terakhir ini. Belum-belum, aku sudah merindukan teras kami yang cuma sepetak, sofa biru dan dapur yang cuma dua jengkal. Aku sudah merindukan apartemen kotak karton kami.

Saturday, January 08, 2011

Tiga

Dulu, kupikir menikah tidak seperti ini. Iya aku tahu, menikah itu tidak selalu bahagia seperti cerita dongeng begitu, tapi tetap saja kupikir tidak seperti ini.
Kupikir kami akan selalu punya cinta yang bergelora, selalu bisa tertawa bersama dan...bisa bercinta dengan penuh gairah.
Iya, setahun pertama sih begitu, masih bisa cekikikan berdua, punya gairah yang selalu membara. Tahun kedua masihlah...bisa ditoleransi. Tahun ketiga...ya mulai berkurang, tapi yaaaa...begitu masih oke. Tahun keempat, mulai deh, cuek-cuekan. Berantem sih kagak, cuma ya mulai cuek, jarang cekikikan berdua lagi, karena Chandra mulai sibuk sekolah lagi. Dia mau jadi profesor katanya. Yaoloh...jangan terlalu pinter 'napa? Aku kan jadi makin minder. Tahun kelima, Chandra makin sibuk. Dia rasanya lebih lama menghabiskan waktu di rumah sakit daripada di rumah bersamaku. Ketemu bisa jadi hanya dua hari dalam seminggu, itupun tak lebih dari sejam, dan malah nggak tidur bareng. Seks? Halah, boro-boro. 

Friday, January 07, 2011

Dua

Vega menghela nafas, berharap masalahnya ikut selesai dan menguap begitu saja dalam satu helaan nafas.
"Apa masalah kamu sih Ga?" Ken tak pernah mengerti, kenapa Vega menganggap, pulang adalah suatu masalah besar. "Sudah hampir limabelas tahun kamu tidak pernah pulang, sekali ini saja... Kasihan ibu"
Ibu.
Memang hanya itu alasan Vega pulang. Ibu yang tiba-tiba menelepon, "pulang nduk, bapak sakit keras, Ibu mohon...pulang ya cah ayu"

Thursday, January 06, 2011

Prolog & Satu

Sebenernya, nggak usah ditargetin gini yaa... tapi kalau nggak ditargetin dan gak dibuat posting, rasanya jadi seenaknya sendiri :D

Saya mau bikin project, bikin satu cerita dalam satu hari selama 365 hari. Tapi berhubung baru berani mulainya hari ini, tanggal 5, jadilah 360 cerita saja.
Posting gak penting ini sih buat mengingatkan diri sendiri aja... hahahaha. Soal panjang / pendek, nggak ditentukanlah, yang penting cerita selama 360 hari ke depan. Soal bagus atau nggak, bener atau nggak... saya nggak berani mikirin. Ini adalah latihan juga... semoga, komplit 360 cerita, dan gak berhenti tengah jalan :D

Ini adalah posting cerita pertama.

Wednesday, January 05, 2011

Contact Person

Pagi ini, tiba-tiba saya dikejutkan oleh telepon dari seseorang yang mengaku adik dari mantan konsumen yang saya layani ketika saya masih bekerja di Indorama dulu, "I met you two years ago in Paris, maybe you don't remember, but my brother told me that if I'm facing any difficulties, I should call you. I want to come to Indorama's factory, but nobody pick up me"


eh? lha trus? :))