Bunyi

Seperti apa bunyi angin? Klentheng-klenteng...

*minum air segelas gede dulu*

Lha iya… pagi-pagi tadi, kok ya langsung pas bacanya ya berita yang ini.

Aduh!!

Ya memang benar, bahwa selain memikirkan kebutuhan pokok para pengungsi, sebaiknya kita memang tidak melupakan kebutuhan mereka akan hiburan dan olah raga. Tapi cara pak Menteri menyampaikan alasan mengapa beliau mengirimkan paket peralatan olah raga tersebut, kok tidak enak didengar dan dirasa yah?!

Yak!! Bahasa itu kan lagi-lagi soal rasa. 

Tolonglah pak, sebagai pejabat Menteri, yang terhormat; tolong anda pilih kata-kata dengan seksama.  

Bapak menjadi pejabat, karena dianggap memiliki kemampuan yang lebih, termasuk kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat / alasan atau apapunlah itu, lebih baik daripada orang lain. Ya mbok yaaaaoooo…. Jangan memilih kata-kata yang merendahkan rakyat yang menitipkan amanat.

Oh ya iya, kalau saya pak, saya tersinggung lho dengan kata-kata Bapak di berita itu.

Salah ngomong? Salah memilih kata-kata? Baiklah, saya bisa memaafkan, tetapi sampai kapan rakyat harus selalu memaafkan pejabat yang salah omong?!

Sering sekali pejabat di negeri tercinta ini salah omong. Nanti abis itu baru minta maaf. Yaaah… pak, maaf mah gampang dan memang gak hina minta maaf, tapiiii… kok mesti salah ngomong dulu sih. Apakah tidak bisa, langsung saja digunakan bahasa yang baik, yang bisa memberikan ketenangan, bukan malah bikin ‘panas’.

Duuuh… gak ngerti lagi, mesti ngeluh gimana.

Eh, emang penting ya masalah ini?

Ya penting banget masalah hidup dan mati sih kagak, tapi… ya penting… sudah selayaknya, pejabat kita sadar bicara dan sadar bahasa.

Gitu deh.