Wednesday, December 21, 2005

l.i.f.e

Aku harus mensyukuri hidupku. Setidaknya aku masih bisa merasakan kebahagiaan yang berimbang, maksudku, secara jasmani & rohani : ) .Aku punya pekerjaan yang menghasilkan uang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupku. Aku juga punya teman2 yang baik, kekasih yang selalu berusaha menyenangkan hatiku, ibu yang juga selalu menginginkan yang terbaik untukku. Intinya, aku sudah harus bersyukur dengan keadaanku ini.
Namun, hari ini, aku sedang diliputi rasa iri terhadap beberapa teman, yang mampu membeli gadget terbaru yang kutahu harganya sangat mahal. Aku berpikir, betapa beruntungnya mereka punya kebebasan finansial yang membuat mereka mampu membeli apapun yang mereka inginkan. Tapi seketika itu juga, sisi baik-ku yang selalu berpikir positif, mengingatkan bahwa aku juga selayaknya merasa beruntung dan bersyukur atas keberuntungan selama ini.Seperti yang sudah kubilang, akupun memiliki 'segalanya' dalam hidup.
Apalagi yang kuinginkan? Bukankah tujuanku selama ini menjadi dewasa dan memiliki kehidupan yang berkualitas? Apalagi?!Jadi, menurut-mu, apakah hidup berkualitas itu sekedar punya kebebasan finansial ataukah mempunyai kebahagiaan yang seimbang? Ups, aku tidak sedang berkata bahwa temanku yang punya kebebasan finansial itu tidak berbahagia, mereka berbahagia juga... tapi mungkin ia juga sedang mengamati hidupkku, dan melihat betapa beruntungnya aku.Ah, betapa mudahnya jika aku hanya hidup, tidak perlu mengamati dan diamati, tapi aku tidak hidup kalo tidak begitu.

Saturday, December 17, 2005

ATAU

Tanggung Jawab atau Egoisme
Dulu sekali, ketika sedang jalan – jalan di mal, ada yang menawariku asuransi. Aku paling benci sama asuransi, meskipun aku tahu itu perlu buat kita. Kubilang saja sama salesnya, bahwa aku sudah punya. Tapi dia memaksa, supaya aku juga membuatkan asuransi untuk keluargaku, lalu kujawab dengan ketus, mereka juga sudah punya asuransi yang kubuatkan. Tanpa disangka, si sales yang keukeuh itu malah bilang gini, wah nggak disangka ya, bahwa mbbak yang begini muda ternyata sudah memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhardap keluarga. Heg... tanpa kuduga, aku malah menjawab sales itu, kukatakan bahwa tindakanku itu bukan didorong oleh rasa tanggung jawab tapi lebih karena aku egois, aku tidak mau disusahkan oleh keluargaku di kemudian hari, jadi di masa sekarang aku mau membuatkan asuransi buat mereka. Ternyata kata-kataku ini berhasil mengagetkan sales itu, karena akhirnya dia berhenti membuntutiku.Tiba – tiba saja, aku mengingat kejadian ini, sekarang aku berpikir -pikir lagi... bahwa sebagai anak tunggal, benarkah ke-egoisanku sedemikian tingginya... dan benarkah semua tindakanku untuk keluargaku sebenarnya didorong oleh rasa egois saja? Ya ampun... kenapa, seketika aku merasa benar – benar egois ya...
Egoisme atau Tanggung Jawab
Ini kejadian yang lain lagi. Ketika mimpi masih berwarna, belum lagi abu – abu. Aku pernahmencintai – ups... benarkah? - seorang pria. Ia pria beristri ayah dari seorang anak laki – laki. Dan tragisnya, laki – laki itu juga mengatakan padaku kalau ia juga merasakan hal yang sama denganku. Kami berbunga – bunga sekaligus hanyut dalam kesedihan. Bahkan, sebuah puisi ironis tentang sepasang kekasih yang saling mencintai dalam kesedihan yang menyenangkan dari Toto Sudarto menjadi bacaan kesayanganku, aku menyalinnya – dengan tulisan yang indah – dan menempelkannya di dinding kamar, di komputer kantor, di tempat2 dimana aku sering menghabiskan waktuku. Ia begitu menguasai mimpiku. Mencintai kamu adalah bahagia dan sedih, bahagia karena kita saling memiliki dan sedih karena kita sering berpisah. Ironis & naif sekali aku sebagai gadis duapuluhan yang jatuh cinta pada seorang suami dan ayah.Namun, kebodohan itu tidak berlanjut lama, karena kami berhasil menyingkirkan perasaan norak ini, dan memutuskan untuk berpisah. Demi tanggung jawab moral yang kami miliki, yaitu aku sebagai wanita dari negeri timur, terlalu angkuh untuk jadi wanita kedua & tidak sanggup menghadapi cercaan masyarakat dan dia sebagai ayah dan seorang suami. Hanya saja, ada yang tidak kuungkapkan padanya ketika kami berpisah. Sebenernya, aku takut, suatu ketika, aku menjadi wanita yang ditinggalkan oleh suami dan ayah anakku demi wanita lain. Aku takut karma. Aku sebenarnya cuma memikirkan diriku sendiri. Jadi...
Tanggung Jawab atau Rasa Bersalah
Bandung, hari – hari ini selalu mendung dan gerimis kecil – kecil. Whoah... kemarin, aku bangun kesiangan, udara dingin sekali dan di luar masih hujan gerimis. Godaan untuk melanjutkan tidur dan tidak masuk ke kantor sangatlah kuat. Namun, ada secuil rasa bersalah yang menelusup masuk ke otakku, aku sudah sering tidak masuk kantor, jadi mau tidak mau aku harus cepat – cepat bangun dan ke kantor.Sepanjang perjalanan ke kantor, aku cuma berpikir betapa hebatnya rasa bersalah ini, hingga seolah – olah sepertinya aku adalah wanita karir yang bertanggung jawab.
Ah... kalau kupikir, berarti selama ini aku tidak pernah bertanggung jawab ya... semua tindakanku berdasarkan ke-egoisan dan sekedar rasa bersalah. Aduh... jadi malu...

Keberuntungan Hidup

Semalam, aku baca novel Sidney Sheldon, seperti biasa, cukup mencekam
dan membuatku tak sadar bahwa sudah jam 2 pagi, dan aku masih asyik
dengan ceritanya.
Ceritanya, standar novel-lah... cukup membuatku berbunga-bunga dan
berkhayal bahwa aku adalah bagian dari cerita itu. Tentang cinta
segibanyak, sambung menyambung menjadi jalinan sarang laba-laba. Adalah
seorang wanita yang menjadi pencetus kematian dari suami dan kekasih
gelapnya yang seorang aktris dan juga merupakan istri simpanan dari
salah seorang terkaya ketiga di dunia, raja kapal dari Yunani. Sepasang
kekasih, seorang istri yang hampir dibunuh dan seorang multi-miliader
yang amat mencintai. Novel ini sudah cukup lama beredar, dan bahkan
juga
sudah di-filmkan.
Yang menjadi sorotanku adalah cerita hidup tentang si aktris yaitu
Noelle Page. Digambarkan, Noelle ini bagai seorang putri yang cantik
jelita, tak hanya cantik, auranya pun memabukkan setiap pria yang ada
di
sekelilingnya. Noelle terlahir dari keluarga nelayan miskin di
Marseille, ia kabur ke Paris setelah keperawanannya dijual oleh ayah yg
memebesarkannya, ya, Noelle sebenarnya adalah anak haram ibunya dengan
seorang pelaut yg singgah di pelabuhan, namun ayahnya tidak pernah
mengetahuinya. Ia hanya tahu bahwa putrinya itu sangat – sangatlah
cantik, dan setelah bersusah payah membesarkannya, ia harus mendapatkan
gantinya. Singkatnya, di Paris, keberuntungan demi keberuntungan
menghampirinya karena ia adalah wanita yang jelita. Meski sebenarnya ia
juga mengusahakan keberuntungannya itu dengan motivasi dendam terhadap
seorang pria yang mempermainkannya. Noelle mencintai hingga benci,
benci
hingga mencintai. Rasa ini, mendorongnya untuk menciptakan kesempatan
bagi dirinya sendiri, merajut keberuntungan – keberuntungan untuk
mengantarkannya pada hari pembalasan dendamnya.
Namun, semua obsesinya tidak akan artinya jika ia tidak punya
keberuntungan yang paling utama, yaitu fisik yang sangat rupawan. Oh...
membuatku semakin ingin untuk jadi wanita cantik.
Pertama yang sudah kulakukan adalah mengganti kacamataku yg old fashion
dengan soft lens, umh... sebenarnya ini karena aku mulai pusing dengan
kacamata yang menekan sisi kepala. Kedua, aku ingin merapikan gigi,
pasang kawat gigi! Supaya senyumnya cantik dan gigi juga sehat, karena
otomatis jika pasang kawat gigi aku jadi rajin ke dokter gigi... hehehe
ribet sekali ya.
Lalu aku juga mau punya kulit seputih susu, segar dan sehat.
Yang paling penting, aku ingin terlihat cantik karena aku pintar dan
sukses! Whah... muluk – muluk sekali.
Hah! Sedangkan untuk resolusi tahun ini saja, samapi akhir tahun masih
jauh dari harapan... Ugh... betapa aku menginginkan keberuntungan hidup
yang seperti Noelle... tapi aku nggak mau mati konyol karena dendam!!!

Tuesday, December 13, 2005

Setahun

Wow.
Aku sudah sampai di tanggal 13 Desember '05.
Rasanya baru kemarin tahun baru 2005, ya ampun... cepat sekali waktu berlalu... rasanya aku belum berbuat apa-apa dan belum jadi siapa-siapa.
Hiks...
Banyak banget target hidup yang belum tercapai.

Dulu, di awal tahun, keinginan yang pertama adalah punya pacar!!! hehehehe sekarang pun punya... tapi masih complicated... gak jelas... hehehehe garing dan norak juga ya aku ini.
ya, itu keinginan awal tahun - berartri sekitar Januari, enta ketika bulan-bulan Februari sampai Juni nggak inget lagi, apakah masih pengen punya pacar ato nggak, tapi, pas masuk bulan agustus udah nggak pengen punya pacar... malah lebih kepengen punya paspor... lhoh... sebel banget kan... trus... sampe kmaren2 baru deh... pengen punya pacar lagi, dan sekarang... hiks... masih pengen punya pacar! duh... desperate banget ya...

Dulu, di awal tahun, keinginan abadi adalah jadi cantik, dewasa dan makin mandiri... wess jangan salah, keinginan itu masih betahan hingga kini... cuma... kok nggak punya disiplin unutk bertahan cantik, dewasa & mandiri ya... masih suka nggak jaim, aduh... lebih sering ancurnya... jadi... kayanya, wish ini masih terus harus dilanjutkan hingga tahun depan deh...

Dulu, di awal tahun, bertekad untuk memulai novel pertama... aduh... sedangkan nulis di blog aja lebih sering malesnya... bener2 nggak disiplin... terlalu sering meloncat2 dengan pemikiran yg aneh2... coba ya....

Sekarang, di akhir tahun.... benarkah nggak ada satupun dari hidupku yg layak disyukuri ya?
Sepertinya... nggak juga...

tara... aku tau,wish untuk 2006 adalah LEBIH MENERIMA KEADAAN DIRI, LEBIH PASRAH, LEBIH TEKUN DAN TELATEN ajah...

iyalah... gitu aja...