“Kamu sendiri? Mana Chandra?” pertanyaan standar. Aku tidak ingin menjawab dan Kirana cukup pengertian, “oh, pasti lagi di rumah sakit ya?”
“Kayak dia punya tempat nongkrong lain selain rumah sakit, Ki”
Kirana tersenyum menyabarkan, “makin sering dia nongkrong di rumah sakit bakal makin cepat selesai dia sekolah”
“Kenapa Chandra itu seneng banget sekolah ya Ki?”
“Lhaaa….mana ketenteng? Itu sama aja kayak nanyain, kenapa kamu seneng banget makan?! Iya kan?!”
“Sial!”
Pertemuan rutin dengan Kirana seminggu sekali ini selalu bisa menghibur. Pertemanan yang sudah lebih dari sepuluh tahun ini benar-benar tidak pernah berubah meski kami masing-masing sudah menikah. Syukurnya, para suami juga bisa akrab dan kalaupun tidak bergabung di acara mingguan kami, mereka memberikan kebebasan waktu untuk kami. Dalam hal Kirana,Sabtu pagi seperti ini, jika Aria tidak bergabung dengan kami berarti Aria sedang mengasuh Rama, putra mereka.Sementara untukku, kalau Chandra tidak bergabung dengan kami, maka dia sedang sibuk di rumah sakit, yang mana, itu terjadi hampir setiap minggu.
“Sabarlah Ra, setidaknya kamu tahu, ada di mana si Chandra, ya kan? Hanya dua tahun lagi, nggak kerasa loh itu”
“Iya sih, tapi dua tahun itu lamaaaaaa….”
“Lha iya, tapi apa sih yang bikin kamu bete? Chandra gak bisa nemenin kamu ke mana-mana aja kan?”
Aku cemberut, “ini siomaynya enak ya…” berusaha mengalihkan pembicaraan.
Kirana terbahak, “emang, enak banget! Eh, tapi ini serius nih Ra, paling nggak secara financial kamu aman, trus Chandra juga bukan suami yang cunihin, iya kan? Kamu masih inget kan, masa-masa kegelapanku kemarin? Ya ketika kita melewati hal itu, ya udah gitu Ra…. Sebanding, rasa lega dan bahagia ketika kami melewati ujian itu dengan airmata yang aku keluarin pas ngalaminnya”
Ya iya sih, dibanding masalah Kirana beberapa waktu yang lalu, rasanya aku memang nggak punya masalah. Ini kan aku aja yang menye-menye karena Chandra nggak selalu ada buat aku, karena sibuk.
Tapi…
No comments:
Post a Comment