Saturday, June 25, 2011

Belahan Jiwa

Seorang teman, tiba-tiba saja membuka percakapan di bbm dengan pertanyaan, "eh, udah tahu belum si mantan lo udah nikah. Aku kasih tau, siapa tahu kamu belum dengar"

WTF?!

Perlu ya saya tahu? Sebenarnya saya sudah tahu beberapa minggu yang lalu dari feed news di FB; eh iya, saya & mantan masih berteman di FB :P
Tapi tetap saja saya tidak ingin mengetahui lebih detail tentang kehidupannya sekarang, termasuk detail pernikahannya. Apalagi, membahasnya dengan orang yang sebenarnya hanya tahu sebagian cerita tentang kami, itu pun karena saya menceritakannya. Saat itu, saya ingin melepaskan sedikit amarah saya.

Ya, kami berpisah tidak dengan baik-baik. Saya menyimpan kemarahan yang ingin sekali saya sampaikan padanya tetapi saking marahnya saya tidak bisa mengungkapkannya dengan baik. Saya juga menyimpan banyak pertanyaan; kemudian saya putuskan bahwa, saya tidak ingin juga mengetahui jawabannya karena saya takut, saya akan lebih marah setelah itu.

Bukankah pernah saya katakan, bahwa saya punya masalah serius dengan emosi ini, kemarahan yang kadang menakutkan saya sendiri.

Tetapi kami tetap bercakap-cakap mengenai pernikahan si mantan. Ada sebagian dari diri saya, telah berhasil mengelola amarah menjadi dendam :))
Saya ingin menyampaikan pada si mantan, melalui orang di sekitarnya, bahwa saya jauh lebih baik dari istrinya yang sekarang.
Padahal di saat yang sama, sebagian diri saya yang lain; sisi yang lebih masuk akal, tau persis, bahwa mungkin saya memang jauh lebih baik daripada istri si mantan tapi saya bukan pasangan terbaik buat si mantan. Kami tidak setara, kami memang bukan belahan jiwa.

Dari cerita soal mantan, entah kenapa, kemudian saya langsung teringat Lingga Wisnu. Kakak kelas saya di SMP, yang sampai saat ini, masih membuat saya penasaran. Dulu, saya sering merunut semua kisah cinta-cintaan saya yang bisa diitung dengan jari di satu tangan *ih terlalu detil deh :P* saya sering terpikir, apakah sebenarnya belahan jiwa saya sudah meninggal? Sehingga saya tidak pernah bertemu dengannya? Dan sejak mendengar soal Lingga Wisnu, saya berkhayal, mungkinkah belahan jiwa saya itu Lingga Wisnu?

Ok. Saya mulai gila :))

Ah, entahlah. Mungkin saya belum bertemu saja dengan belahan jiwa itu, saat ini saya harus puas dengan belahan dada saja *halah* :))
Atauuuu... mungkin Lingga Wisnu memang belahan jiwa saya, tetapi, dia bukan satu-satunya belahan jiwa saya ;)
Bisa jadi, saya ini semacam Voldemort yang bisa membelah jiwanya menjadi 7 *mulai ngayal lagi* *eh tapi amit-amit jangan deh* *ketok meja 3x*

Yah...bijitulah. Semuanya serba mungkin, satu-satunya kepastian adalah kemungkinan *halah, opo sih*
Semoga saja saya segera mendapat wangsit soal sang belahan jiwa...dan dapat bonus, belahan dada bisa diperseksi...

:)))

Picture from here

No comments: