Friday, October 28, 2011

being a single is happy, asaaaal.....

Tiba-tiba, saya teringat percakapan dengan seorang kawan saya di SMA yang kemarin ketemuan di Bali. Kebetulan kawan saya ini juga tergolong pada kategori jojoba, jomblo-jomblo bahagia. Soal dia benar-benar bahagia atau tidak, ya saya kurang paham, baiknya kita berasumsi dia benar-benar bahagia. Sudah jomblo kok gak bahagia... nelongso :))

Meskipun lama sudah tak ketemu, kami dapat dengan mudah berbagi cerita mengenai kondisi kami saat ini. Saya cukup senang bahwasanya *lhah*, saya masih memiliki koneksi baik dengan kawan-kawan lama, bahkan mungkin sekarang mereka lebih gampang bercerita dan saya lebih paham cerita mereka. Dulu jaman SMA, rasanya saya banyak tak paham cerita soal kawan-kawan saya, entahlah...berasa lemot gitu deh...hahahaha... atau mungkin benar yang dibilang salah satu kawan SMA saya, saya ini antisosial dulu. Tapi nggak juga ah...cuma memang nggak paham aja.
Yah jadi ngelantur.

Ok, kembali pada pohok permasalahan. Kawan saya cerita soal mantan pacarnya yang kebetulan juga saya kenal. Rasanyaaa...ada yang patah hati :)) Dari situ, pembicaraan kemudian melantur ke sana ke mari soal pernikahan. Di usia ini, kami diharapkan sudah menikah dan punya anak, kalau tidak, akan ada sebutan perawan tua atau bujang lapuk. Setiap kali bertemu teman-teman lama, kebanyakan sudah menikah dan punya anak dan pasti akan bilang, "ayoooo kapan (menikah)? Jangan sibuk ngejar karier aja"
Klasik. Saya belum punya jawaban untuk pertanyaan yang ini :P
Kadang pertanyaannya begini, "sudah menikah belum? Anak berapa?" untuk pertanyaan yang satu ini, saya kemudian menemukan jawaban yang paten. Saya belum menikah, tapi anak saya sudah tiga. Dijamin yang bertanya langsung salah tingkah sendiri :))

Saya sering kali mengutip, bahwa pernikahan adalah sebuah pintu ruangan, yang di luar ruangan ingin masuk sementara yang di dalam ingin keluar. NAH! terbukti! Kawan saya, kebetulan laki-laki, bercertita bahwa kawan-kawan kami yang lain, yang sering bilang, "ayooo cepat menikah" kadang juga bilang, "nikmati dulu masa lajang... kalau sudah menikah, terbatas, apa-apa mesti susah minta ijin sama istri"
HAA!!! Kenapa memutuskan menikah kalau merasa dibatasi istri?
Tapi lucunya, kawan saya yang bujang lajang, merasa... "aku juga ingin dilarang-larang istri... aku kelamaan bengal"

:))

Percayalah, yang di luar ruangan ingin masuk dan yang di dalam ingin keluar.

Terus terang, saking kelamaannya menjomblo dan bahagia dengan diri sendiri, saya jadi lupa bagaimana rasanya kasmaran. Ya, saya kadang merindukan rasa jatuh cinta *halah bener* tetapi saya tidak bisa membayangkan saya akan jatuh cinta pada seseorang. Nah lo, ribet kan?
Saya sudah sampai pada pemahaman bahwa, mungkin saya memang ditakdirkan untuk selalu jatuh cinta pada diri saya sendiri, saya tidak bisa memahami orang lain, atau bahkan berkorban untuk seseorang yang saya cintai. Entah, jika di suatu saat saya bertemu belahan jiwa saya, mungkin saya harus merevisi pernyataan jatuh cinta pada diri sendiri itu :D hidup ini penuh revisi.
Tapi setidaknya, saat ini begitu. Saya lebih sibuk mempersiapkan diri saya memasuki masa pensiun... Ah iya, saya baru 31 tahun, pensiun saya mungkin 20 tahun lagi, kemudian 20 tahun lagi menikmati hidup di gunung lalu umur 70 tahun, jika Tuhan memanggil saya kembali padaNya, saya siap. 20 tahun masa yang singkat. Saya harus kejar setoran selama itu. Jangan sampai ketika sudah tak produktif lagi, saya menyusahkan orang lain.

Mungkin itu terdengar seperti pengingkaran diri :)) mungkin memang begitu adanya. Tapi saya menganggap itu tindakan paling masuk akal yang bisa saya lakukan sekarang. Daripada repot menye-menye mencari cinta yang entah ke mana harus kucari *halah* kenapa saya tidak berkonsentrasi pada hal yang jelas-jelas sudah di depan mata? Cinta akan datang suatu saat, mungkin.
Serba kemungkinan.
Itu sebabnya saya memilih yang paling mungkin dikerjakan lebih dahulu.

Yah sejauh ini sih... being single is happy asal punya pacar.

LHOOO?! :))

Selamat ber-akhir pekan bersama kekasih-kekasih hati...

No comments: